Intensitas
Banjir Jakarta sebelum dan sesudah JOKOWI menjadi Gubernur DKI Jakarta
Hujan
bagi sebagian orang adalah berkah. Namun, jika datangnya berlebih, apalagi
dengan kondisi saluran air yang semrawut seperti di Jakarta, banjir adalah
akibatnya. Masih banyak yang harus
dikerjakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ( Jokowi ) agar banjir tak terjadi di
Jakarta, seperti normalisasi waduk, sungai dan pembuatan sumur resapan. Soal
normalisasi ini pun tak hanya 'tinggal keruk'. Ada proses pembebasan lahan yang
diakui Jokowi menjadi kendala.
Hujan
deras yang mengguyur Jakarta pada Rabu, 8 Januari 2013, menimbulkan genangan
air di sejumlah titik. Berdasarkan pantauan kawasan Tugu Tani, Kramat Raya, dan
di dekat Megaria, Cikini, juga ikut terendam air ketika terjadi hujan deras.
Semalam, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo malah sengaja keluar dari kantornya
saat hujan deras untuk melihat area yang terendam air. “Tadi saya lihat yang
paling parah di sekitar Universitas Tarumanegara, Grogol,” katanya di Balai
Kota DKI Jakarta, Rabu, 8 Januari 2013.
Jokowi
mengaku sudah memanggil Kepala Dinas Pekerjaan Umum Manggas Rudy Siahaan untuk
membicarakan masalah itu. “Mungkin salurannya masih tersumbat sampah atau
sedimen, biar bisa langsung dibersihkan,” katanya. Menurutnya, pembuatan sumur
resapan di Jakarta juga belum banyak berpengaruh terhadap daya serap air Ibu
Kota. “Baru juga dibuat 1.000, nanti kalau sudah ada satu atau dua juta sumur
resapan, baru terasa manfaatnya,” ujar mantan Wali Kota Surakarta itu. Selain
memperbaiki infrastruktur untuk mencegah banjir, Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta juga akan merekayasa cuaca untuk mengatur curah hujan di Jakarta.
Jokowi menyebutkan anggaran yang disiapkan untuk rekayasa cuaca itu mencapai Rp
18 miliar. Namun, dana dalam RAPBD 2014 itu belum ditetapkan oleh DPRD DKI
Jakarta
Kepala
Bidang Perawatan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Djoko
Soesetyo mengungkapkan, ada perbedaan signifikan di antara Fauzi Bowo dengan
Joko Widodo yaitu :
1.
Pada saat Fauzi Bowo menjadi Gubernur tahun 2009 pengerukan kali, sungai dan
wadukmenggunakan tenaga manusia, makanya butuh waktu lama untuk mengerjakannya.
2.
Pada tiga tahun pertama kepemimpinan Foke, menganggarkan 1, 677 T untuk
membiayai Program penanggulangan banjir
3.
Tembusnya Kanal Banjir Timur (KBT) ke Laut. Dalam waktu 2 tahun, ia dapat
membebaskan tanah 4.600 m2 . KBT tembus ke Laut Jawa pada akhir 2009
, berfungsi sepajang 23,57 kilometer, dengan lebar bervariasi antara 100 -200
meter dan kedalaman 3,7 meter. KBT mampu mengatasi kawasan genangan air di
Timur dan Utara Jakarta. Selain itu, data dari dinas Pekerjaan Umum menyatakan
bahwa pada masa ini, Pemerintah DKI telah membebaskan 18 dari 78 kawasan
genangan air, dan telah membebaskan 33 dari 106 genangan air di Jalan.
4.
Pada saat Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta 2013-2014, Jokowi dinilai lebih
rajin sowan kepada pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan
Umum. Tidak hanya itu, Jokowi juga aktif melakukan komunikasi dengan pemerintah
kota di sekitar Jakarta. Jokowi juga lebih rajin mencari cara mengatasi banjir
dengan bekerja sama dengan instansi negara. Normalisasi sungai dianggap sangat
penting karena penumpukan sampah di dasar sungai sudah melebihi batas
sehingga jika hujan tiba, banjir tidak dapat terhindarkan karena sungai tidak
mampu lagi menampung debit air yang terus bertambah. Jokowi juga
berencana untuk membuat waduk besar di Ciawi dan Cimanggis, Jawa Barat. Banyak
warga Jakarta yang berasumsi bahwa bencana banjir yang melanda Ibu Kota
merupakan "banjir kiriman" dari Bogor, Jawa Barat. Padahal,
penyebabnya adalah ketidak displinan mereka yang sering membuang sampah sembarangan.
5.
Pembuatan sumur serapan sebanyak-banyaknya dari hulu hingga hilir. Diharapkan,
hal ini berguna untuk mengurangi aliran air yang masuk ke Jakarta. Langkah
selanjutnya adalah pembuatan sejumlah pompa air di Jakarta Utara dimaksudkan
untuk mengurangi genangan air di Jakarta Utara.
No comments:
Post a Comment