Selamat Datang Di Blog REGGY GIFFARI ^-^ KEEP THE BLUE FLAG FLYING HIGH

Monday, October 14, 2013

Dampak Ekonomi Diselenggarakannya Miss World


Dampak Ekonomi Diselenggarakannya Miss World
Miss World adalah kontes kecantikan internasional yang diprakarsai oleh Eric Morley pada tahun 1951 dan pertama kali diadakan di Inggris. Setelah kematiannya pada tahun 2000, Istri Morley, Julia Morley, menggantikannya sebagai ketua. Bersama rivalnya Miss Universe dan Miss Earth, kontes ini menjadi salah satu yang dikenal oleh masyarakat umum.
Miss World adalah wacana terkini yang menarik untuk dibicarakan. Menjelang dilaksanakannya event, setiap elemen masyarakat membincangkan perihal Miss World 2013.

Event ini tiba-tiba menjadi pembincangan sakral di berbagai lapisan masyarakat. Namun menjelang event ini digelar, muncul berbagai pro dan kontra dalam penyelenggaraannya.

Jika kita menyimak pembukaan perhelatan Miss World di televise beberapa waktu lalu, ada fenomena unik dan menarik sekaligus kagum ketika kita menyaksikan, ternyata pakaian adat yang kita punyai dari 33 provinsi itu sangat indah dipakai dengan aneka warna yang dikenakan oleh para kontestan Miss World 2013.  Secara tidak langsung, ada perasaan kagum dan terkesima pada bangsa sendiri yang ternyata memiliki keanekaragaman budaya yang dicerminkan melalui pakaian adatnya. Tentu saja hal ini menarik karena perempuan-perempuan dari negara lain dengan ”sukarela” mau mengenakan pakaian tersebut ketika ajang ini diselenggarakan di Indonesia. Rasa nasionalisme semakin meningkat ketika kita, bangga, dan menghargai apa yang kita punyai.

Pemerintah pun mengklaim adanya dampak positif bagi Indonesia sebagai tuan rumah Miss World 2013. Penyelenggaraan Miss World akan mempromosikan budaya dan objek wisata Indonesia ke dunia Internasional. Kekayaan alam dan budaya kita akan diperkenalkan. Dan dengan adanya kehadiran jurnalis mancanegara yang meliput Indonesia diharapkan dapat memunculkan rasa penasaran bagi turis internasional untuk mengunjungi Indonesia. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap promosi pariwisata dan perekonomian Indonesia. 

Dalam perspektif feminis, Miss World merupakan salah satu wadah bagi perempuan sebagai pihak yang selama ini mengalami subordinasi dari kaum-kaum superordinat yang masih menganggap perempuan merupakan pihak yang posisinya berada pada level tertindas. Pada ajang ini, kaum perempuan diberikan kesempatan untuk menampilkan artikulasinya.

Dengan ajang ini, perempuan yang berasal dari aneka ragam negara dan budaya dapat mengaspirasikan suaranya untuk memperjuangkan perubahan sosial dan budaya di masyarakat yang masih memandang perempuan sebagai ”hal yang sepele”. Hal yang perlu menjadi titik pandang adalah langkah awal kita memperkenalkan kepada dunia bisa dilakukan melalui simbolisasi dengan memperkenalkan tatanan budaya yang ada di Indonesia.

Dalam teori komunikasi, kita mengenal teori interaksi simbolik. Teori ini menekankan bahwa interaksi manusia dalam pergaulan bisa dilakukan melalui sebuah presentasi diri melalui simbol-simbol yang akan mencirikan simbol tersebut menjadi sebuah ciri untuk membina hubungan dengan manusia lainnya. Dalam konteks Miss World, penunjukan symbol-simbol kepada dunia tentang Indonesia coba diusung oleh penyelenggara dalam memberikan gambaran tentang Indonesia yang lebih utuh.

Kesempatan untuk mempresentasikan diri kepada dunia tentang siapa diri kita melalui ajang Miss World merupakan upaya yang patut diapresiasi, sepanjang ajang ini tetap menghargai budaya yang ada di Indonesia. Pertimbangan kearifan lokal tentu saja dikedepankan faktor ciri khas perempuan Indonesia tak bisa di pudarkan hanya karena citra Miss World yang selama ini negatif.

Jika dikaji secara mendalam, tampaknya event ini bukan sekadar event untuk mempertontonkan diri kaum perempuan secara fisik, tapi perempuan justru diangkat secara utuh dalam arti perempuan yang ikut terlibat adalah mereka-mereka yang terpilih secara fisik dan intelektual. Mereka di uji kepekaan sosialnya, diasah pemikiran intelektualnya, dan digali potensi keterampilannya.

Oleh karena itu, kita tidak bisa melihat masalah ini hanya dari satu sisi secara sempit. Tapi kita harus melihat dalam konteks luas. Namun, tentu saja penyelenggaraan ini harus mengedepankan norma-norma yang berlaku di negara kita sebagai penyelenggara pada tahun ini. Sebagai tuan rumah yang baik, Indonesia harus tetap menghargai kehadiran ”tamu-tamu” asing yang justru antusias memberi kesempatan kepada bangsa ini untuk menunjukkan diri sebagai bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan alam yang memesona.

No comments:

Post a Comment